Berita

  • Home
  • Berita Detail

Berdamai dengan Penyakit Ginjal Kronik : Fokus pada Mengatur Asupan Nutrisi

  • Inst. Promkes
  • 12/03/2022

Berdamai dengan Penyakit Ginjal Kronik :

Fokus pada Mengatur Asupan Nutrisi

 

Narasumber :dr. Herleni Kartika, Sp.PD (RSMH Palembang)

 

            Ginjal  adalah salah satu organ dari system berkemih dalam tubuh kita dan memiliki banyak peran penting seperti berperan dalam proses urinasi/berkemih yang mengeluarkan zat sisa dari dalam tubuh. Mekanisme ini akan berlangsung secara terus menerus selama ginjal masih berfungsi dengan baik. Ginjal yang mengalami gangguan atau kerusakan maa akan terganggu juga fungsi ekskresi atau pengeluaran zat sisa metabolisme yang kemudian menyebabkan gangguan pada tubuh/menmbulkan keluhan.

 

Manusia memiliki sepasang ginjal, berbentuk menyerupai kacang merah terletak di kedua pinggang kita. Tiap ginjal terdiri dari 1 juta nefron  yang merupakan unit fungsional terkecil di ginjal berfungsi sebagai filter/saringan untuk menyaring darah.  Darah yang mengalir ke ginjal akan disaring dan dibersihkan dari zat sisa metabolisme tubuh/zat toksin yang tidak digunakan lagi antara  lain: urea, kreatinin, asam urat, dan toksin lain yang akan dikeluarkan lewat urin. Zat sisa metabolism yang masih berguna misalnya protein dan elektrolit akan diserap kembali boleh tubuh. Selain itu fungsi ginjal yang lainnya adalah: mengatur keseimbangan air dan elektrolit di dalam tubuh dan mengatur tekanan darah, membentuk beberapa hormon antara lain hormone eritropoetin yang membantu proses pembentukan sel darah merah, hormon renin, angiotensin dan aldosterone yang mempunyai peran dalam pengaturan tekanan darah juga pengaturan kalsium tubuh.

Penyakit ginjal kronik  (PGK) adalah suatu keadaan ginjal mengalami gangguan fungsi dan atau kelainan struktur yang telah berlangsung selama lebih dari 3 (tiga) bulan. Pada tahap awal kerusakan ginjal dapat saja tidak bergejala dan bersifat reversibel. Namun semakin lama, semakin banyak zat toksin yang menumpuk di dalam darah dan makin membebani kerja ginjal. Penumpukan  zat toksin sisa metabolisme misalnya sisa metabolisme protein yakni ureum akan menimbulkan gejala seperti: mual, muntah, badan lemas, kejang, hingga penurunan kesadaran. Penyakit ginjal kronik bersifat progresif sehingga bila tidak dikelola dengan  maksimal dapat cepat jatuh ke kondisi perburukan. Derajat kerusakan ginjal ditentukan berdasarkan laju filtrasi glomerulus (tabel 1).

 

Tabel 1. Stadium kerusakan ginjal berdasarkan LFG

Stadium I : LFG >90 ml/menit

Stadium II : LFG 60-89 ml/menit

Stadium III : LFG 30-59 ml/menit

Stadium IV : LFG 15-29 ml/menit

Stadium V : LFG <15 ml/menit

 

Seseorang yang sudah dinyatakan menderita penyakit ginjal kronik perlu dikelola dengan baik. Manajemen yang baik sangat diperlukan untuk mencegah progresivitas kerusakan ginjal dan memelihara fungsi ginjal yang tersisa selama mungkin  sebelum jatuh pada gagal ginjal tahap akhir yang membutuhkan terapi pengganti ginjal. Pasien penyakit ginjal kronik dievaluasi keluhan, mengendalikan penyakit komorbid (misal hipertensi, diabetes, dll) dan pemeriksaan laboratorium fungsi ginjal minimal 1x/bulan serta mengatur asupan nutrisi, yaitu:

1.      Diet rendah protein, dapat membantu mempertahankan sisa fungsi ginjal karena makanan tinggi protein dapat memperberat kerja ginjal. Pada PGK yang belum menjalani dialysis, asupan protein sekitar 0,6-0,8 g/kgBB/hari. Protein merupakan salah satu komponen nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh, dan terdiri dari kumpulan asam amino. Asam amino ini mengandung nitrogen dan dari metabolismenya akan terbentuk urea dan akan disaring di ginjal lalu dikeluarkan melalu urin. Namun pembatasan protein pada PGK dapat berisiko menyebabkan kondisi kurang gizi (malnutrisi) dan menurunkan imun. Hal ini bisa diatasi dengan suplementasi asam keto untuk mencukupi kebutuhan protein tanpa memperberat kerja ginjal.    Asam ketoanalog  adalah asam amino yang bebas nitrogen, dan juga mampu mengikat nitrogen yang terdapat di dalam tubuh dan mengurangi terbentuknya zat toksin urea sehingga bisa mengurangi beban kerja ginjal dan mempertahankan sisa fungsi ginjal yang masih baik selama mungkin.

2.      Mengatur asupan  makanan sumber natrium, kalium, kalsium dan fosfor

· Natrium banyak terdapat pada garam, anjuran asupan natrium pada pasien PGK adalah 2,5-5 gram/hari. Konsumsi makanan tinggi natrium juga dapat merangsang haus.

·Pasien PGK dengan jumlah urin yang tinggal sedikit harus membatasi konsumsi kalium. Kalium banyak terdapat pada buah buahan dan sayuran mentah. Cara mengolah makanan agar kandungan kaliumnya berkurang adalah mencuci di air mengalir dan merendamnya dalam air hangat  selama minimal 1 jam.

·Rekomendasi asupan fosfor adalah < 1000 mg per hari pada fungsi ginjal yang normal atau dengan peningkatan risiko PGK. Tingginya fosfor dalam bentuk fosfat, dapat membuat hiperfosfatemia dan merupakan salah satu komplikasi dari PGK akibat dari berkurangnya fungsi ginjal mengekskresikan kelebihan fosfat. Hiperfosfatemia dapat menyebabkan komplikasi seperti kalsifikasi pembuluh darah, katup jantung, dan miokardium.

·Rekomendasi pemberian kalsium pada PGK tanpa dialisis adalah 800 – 1000 mg kalsium elemental (20 – 25 mmol) per hari, pada PGK dengan dialisis adalah di bawah 800 mg per hari, dan pada pasien tanpa gangguan ginjal atau dengan risiko PGK direkomendasikan 1000 – 1300 mg per hari 

 

3.   Menjaga keseimbangan cairan, karena terlalu banyak cairan yang dikonsumsi dapat mengakibatkan  sembab/edema pada bagian tubuh  tidak dianjurkan pada pasien PGK. Jumlah cairan yang boleh dikonsumsi adalah sebanyak jumlah urin dalam 24 jam ditambah 500 cc. Misalnya urin 24 jam berjumlah 600 cc, maka jumlah cairan yang boleh dikonsumsi adalah 1.100 cc/hari. Cairan yang dimaksud adalah minuman atau makanan berkuah atau mengandung air.

4.      Jumlah Kalori, Karbohidrat dan Lemak. Jumlah asupan kalori setiap harinya direkomendasikan sekitar  35 kkal/kgBB pada usia di bawah 60 tahun, dan 30 – 35 kkal/kgBB pada usia di atas 60 tahun dengan penurunan aktivitas fisik. Pada PGK yang diberikan diet rendah protein, karbohidrat dan lemak harus dapat memenuhi 90% kebutuhan kalori setiap harinya. 

Hidup nyaman setelah divonis menderita penyakit ginjal kronik/PGK bukanlah hal yang mudah. Namun dengan ikhlas menerima kondisi dan berusaha semaksimal mungkin mematuhi semua anjuran dan pengaturan nutrisi dari dokter anda maka dapat mencegah terjadinya progresivitas PGK.

 

 

 

 

???? Doc, PROMKES,RSMH