Berita

  • Home
  • Berita Detail

Menilik Peran Perawat dalam Keperawatan Komplementer

  • Hukormas
  • 12/08/2021

Menilik Peran Perawat dalam Keperawatan Komplementer
Narasumber : Ardiansyah, SKM. M.M ( RSMH Palembang)

 

 

Perkembangan terapi komplementer telah menjadi sorotan banyak negara. Pengobatan komplementer atau alternative menjadi bagian penting dalam pelayanan kesehatan. Klien yang menggunakan terapi komplemeter memiliki beberapa alasan. Salah satu alasannya adalah filosofi holistik pada terapi komplementer, yaitu adanya harmoni dalam diri dan promosi kesehatan dalam terapi komplementer. Alasan lainnya karena klien ingin terlibat untuk pengambilan keputusan dalam pengobatan dan peningkatan kualitas hidup dibandingkan sebelumnya. Sejumlah 82% klien melaporkan adanya reaksi efek samping dari pengobatan konvensional yang diterima menyebabkan memilih terapi komplementer (Snyder & Lindquis, 2002 dalam Widyatuti, 2008).

 

Hasil survey lain yang dilakukan oleh American Association of Retired Persons (AARP) dan the National Center for Complementary and Alternative Medicine (NCCAM) kurang lebih 53% orang dengan usia 50 tahun menggunakan terapi alternative dalam pengobatan penyakitnya dan lama terapi yang dijalani kurang lebih selama 12 tahun (Mariano C, 2015). Sedangkan menurut Suardi (2013), di Indonesia diperkirakan 80% masyarakat mencari pengobatan alternative. Hal ini dipengaruhi oleh faktor kenyakinan, keuangan, reaksi obat kimia dan tingkat kesembuhan (Hidayah & Nisak, 2018)

Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain di luar pengobatan medis yang konvensional. Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem – sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri, asalkan kita mau mendengarkannya dan memberikan respon dengan asupan nutrisi yang baik dan lengkap serta perawatan yang tepat (Inayatur, 2019)

Jenis – Jenis Terapi Komplementer

a.       Nutrisi (Nutritional Therapy);

b.      Terapi herbal (Herbal Therapy);

c.       Terapi psiko – somatik (Mind – Body Therapy)

d.      Terapi spiriyual berbasis doa (Spiritual Therapy Based on Prayer)

 

Metode Terapi Komplmenter

a.       Yoga;

b.      Akupuntur;

c.       Pijat refleksi;

d.      Chiropractic;

e.      Tanaman obat herbal;

f.        Homeopati, natuopati;

g.       Terapi polaritas atau reiki;

h.      Tekhnik – tekhnik relaksasi;

i.         Hipnoterapi, meditasi dan visualisasi.

 

Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan konvensional, yaitu sebagai berikut :

 

1.       Akupunktur medik yang dilakukan oleh dokter umum berdasarkan kompetensinya. Metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara kerjanya adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul signal yang berperan sebagai komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan molekul tersebut adalah pelepasan endorphin yang banyak berperan pada sistem tubuh.

2.       Terapi hiperbarik, yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke dalam sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih besar daripada tekanan udara atmosfer normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%). Selama terapi, pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk menghindari trauma pada telinga akibat tingginya tekanan udara.

3.       Terapi herbal medik, yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau hewan coba, baik terhadap keamanan maupun efektivitasnya. Terapi dengan menggunakan herbal ini akan diatur lebih lanjut oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

 Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut :

·Sumber daya manusia harus tenaga dokter dan atau dokter gigi yang sudah memiliki kompetensi.

·Bahan yang digunakan harus yang sudah terstandar dan dalam bentuk sediaan farmasi.

·Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan penelitian harus telah mendapat izin dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan akan dilakukan pemantauan terus – menerus

 

Melihat banyaknya metode terapi komplementer yang disebutkan di atas maka   seorang perawat perlu mengetahui pentingnya terapi komplementer diantaranya untuk membantu mengkaji riwayat kesehatan dan kondisi klien, menjawab pertanyaan dasar tentang terapi komplementer dan merujuk klien untuk mendapatkan informasi yang reliabel, memberi rujukan terapis yang kompeten, ataupun memberi sejumlah terapi komplementer (Snyder & Lindquis, 2002). Selain itu, perawat juga harus membuka diri untuk perubahan dalam mencapai tujuan perawatan integratif (Fontaine, 2005)

 

Menurut Widyatuti (2008) dalam Keperawatan Komplementer, seorang perawat dapat berperan sebagai :

a.       Konselor perawat dapat menjadi tempat bertanya, konsultasi, dan diskusi apabila klien membutuhkan informasi ataupun sebelum mengambil keputusan.

b.      Pendidik kesehatan, perawat dapat menjadi pendidik bagi perawat di sekolah tinggi keperawatan seperti yang berkembang di Australia dengan lebih dahulu mengembangkan kurikulum pendidikan

c.       Peneliti di antaranya dengan melakukan berbagai penelitian yang dikembangkan dari hasilhasil evidence-based practice.

d.      Pemberi pelayanan langsung misalnya dalam praktik pelayanan kesehatan yang melakukan integrasi terapi komplementer (Snyder & Lindquis, 2002). Perawat lebih banyak berinteraksi dengan klien sehingga peran koordinator dalam terapi komplementer juga sangat penting. Perawat dapat mendiskusikan terapi komplementer dengan dokter yang merawat dan unit manajer terkait.

e.      Advokat perawat berperan untuk memenuhi permintaan kebutuhan perawatan komplementer yang mungkin diberikan termasuk perawatan alternatif

 

 

 

Referensi

Hidayah & Nisak, 2018, Buku Ajar Terapi Komplementer untuk Mahasiswa Keperawatan (Evidence Based Practice), Samudra Biru, Bantul

Rosyidah & Prasetyaningati, 2019, Modul Pembelajaran Komplementer, STIKES INSAN CENDIKIA, Jombang

Widyatuti, 2008, Terapi Komplementer Dalam Keperawatanhttp://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/200/0


(Doc. Hukormas RSMH)